eperti menjadi semacam kepercayaan, diantara
beberapa peternak puyuh yang saya temui. Mengenai hal, terkait dengan
jumlah produksi telur puyuh yang menyusut, dianggap disebabkan oleh
karena pemilik ternak / peternak pikirannya sedang kusut. Benarkah.
Bisa jadi benar. Namun bisa juga tidak benar. Tentu pada kesimpulannya
nanti tidak akan mencari benar atau salah. Sebab rasa-rasanya akan
menjadi perdebatan yang menyangkut relativitas cara pandang
masing-masing pemikiran.
Bisa jadi iya, alias anggapan tersebut benar. Jika yang menjadi landasan
berpikir dan alasan adalah adanya hubungan batin, rasa kasih sayang
antara pemilik ternak / peternak dengan burung puyuh piaraannya.
Hubungan batin yang sedemikian kuat, terbentuk dari keakraban yang erat,
yang mana pemilik tidak lagi menganggap burung puyuh sebagai sekedar
mesin produksi keuntungan. Tetapi juga ada hubungan rasa, antara dua
makhluk yang sama-sama mempunyai nyawa.
Rasanya memang tidak logis. Namun seringkali terjadi juga pada hewan
piaraan yang lain. Hubungan kedekatan yang saling mempengaruhi. Oleh
sebab itu karena peternak / pemilik ternak pikirannya sedang kusut,
kuantitas produksi telur puyuh ikut menyusut.
Namun saya akan mencoba melihat dari sisi lain, terlepas sama sekali
dari menyalahkan ataupun membenarkan anggapan seperti tersebut di atas.
Kebetulan, satu atau dua kali menemui teman peternak, menceritakan
penurunan atau penyusutan jumlah produksi telur puyuhnya. Dan kebetulan
juga, yang menjadi kambing hitam penyebab adalah pikirannya yang kusut.
Sedang banyak dilanda masalah, ditambah berbagai persoalan datang
menghimpit.
Akhirnya saya pikir, memang ada hubungannya. Namun sementara ini, hubungan tersebut akan saya coba analisa secara logis kritis.
Ketika pikiran peternak puyuh sedang kusut, dari yang saya temui tadi,
lebih karena permasalahan himpitan ekonomi. Secara logikanya, dimana
usaha ternak yang dimiliki, termasuk menjadi andalan penghasilan. Maka
sadar tidak sadar, sengaja tidak sengaja, peternak akan menekan
pengeluaran se-efektif mungkin, dengan harapan akan mendapat keuntungan
sebesar mungkin.
Terkait dengan kebutuhan pakan puyuh, pikiran yang kusut menjadi dasar
memperhemat kebutuhan pakan. Menekan pembelian pakan. Sehingga pemberian
pakan untuk burung puyuh ditekan, dikurangi sebanyak mungkin, agar
nantinya mendapat keuntungan sebesar mungkin.
Terlepas dari faktor-faktor selain kebutuhan pakan, yang menyebabkan
penurunan jumlah produksi telur puyuh. Tindakan seperti itu malah lebih
bisa mengakibatkan bukan keuntungan yang didapat. Tapi malah
kebuntungan.
Jika sekedar produksinya yang susut, masih merupakan masalah level 1.
Akan tetapi bagaimana jika yang terjadi adalah penurunan kondisi
kesehatan burung puyuh piaraan. Bisa dimungkinkan umur produksi menjadi
lebih pendek, bahkan kesehatan juga bisa terganggu, yang ujung-ujungnya
menjadi sakit, oleh sebab kurangnya gizi / nutrisi.
Akan lain jika kusutnya pikiran tidak dalam masalah ekonomi. Apakah menjadi sebab produksi telur puyuh juga menyusut?
Posting Komentar